[Fan-Fiction] Illusion – Chapter 2

illusion1

rinnaaay presents…

ILLUSION [ PROLOGUECHAPTER 1 – ]

-CHAPTER 2-

Dalala la laladalalala la lala

Dalala la laladalalala la lala

.

Naya memejamkan matanya. Mendengar lantunan suara merdu yang sangat dirindukannya. Hanya dengan mendengar suaranya saja, Naya merasakan rindunya berkembang biak menjadi berkali-kali lipat. Seandainya rasa rindu yang terpendam terlalu lama bisa meledak, mungkin saja detik itu juga Naya akan meledak. Naya sangat merindukan Jinki, sungguh.

.

Sumi moejeul geot gata dalbicce pieo nan eolgul

Eoneu sae jinagan sigani uril gallanohgo issjiman

Tteollyeooneun naui mamsoge mulgyeori doeeo illeongine

Geudaero nan geudaero nan geudaeui deung dwie seo isseulge eonjena

Geudaero nan geudaero nan geudaero han georeum dwie isseulge eonjena

(It feels like my breath will stop

My face blooms in the moonlight

At some point, the past is separating us but

In my trembling heart, you sway in my heart like a stream of water

Just like that, just like that, I will stand behind you, for always

Just like that, just like that, I will always be a step behind you, for always)

[ SHINee’s Onew – Moonlight (Miss Korea Ost.) ]

.

Sudut matanya basah. Membasahi boneka salah satu tokoh Minion yang ia jadikan ganjalan di kepalanya. Sudah seminggu berlalu sejak ia tersadar, tapi Jinki belum menemuinya. Apakah laki-laki itu benar-benar sibuk?

Kemarin, ia melihat Jinki-nya di televisi. Wajah itu dihiasi senyum cerah sehangat mentari di musim panas. Sama sekali tidak ada gurat kekhawatiran di sana. Apa Jinki tidak mengkhawatirkanku? Sedikitpun?

Memikirkannya, membuat isakan kecil terdengar memenuhi ruangan putih ini. Naya menangis. Menangisi dirinya sendiri yang terlalu merindukan seorang Lee Jin Ki.

Pintu kamar itu berderit. Setelahnya, Najoong muncul bersama Hami. Najoong bertemu dengan gadis itu ketika ia keluar dari kamar mandi, kebetulan Hami baru saja datang.

“Naya, mengapa menangis? Apa yang salah?” Najoong mendekati adiknya. Memeriksa keadaannya.

Naya membuka matanya yang sudah memerah. Ia menatap Najoong dengan pandangan marah dan sedih di satu waktu yang sama. Ia melepas kasar headset yang melekat di telinganya, lalu melemparnya bersama dengan ipod biru muda miliknya. Melemparnya ke arah Najoong yang lalu terhempas ke lantai.

“Naya…,” gumam Hami. Gadis itu berada tiga langkah di belakang Najoong. Terkejut atas apa yang dilihatnya.

Masih menangis, Naya menatap kakaknya dengan pandangan marah. Sementara itu yang ditatap hanya menunggu apa yang akan oleh dikatakannya.

“Kau yang salah, Oppa! Kau!” seru Naya, “Oppa berlaku seperti ini seolah tidak pernah merasakannya! Oppa…,” suara Naya melemah, tangisnya kembali pecah, “Oppa, jaebal… bawa Jinki padaku. Oppajaebal….” Setelah itu, Naya menangis. Benar-benar menangis.

“Naya…,” Hami mendekat, hendak menenangkan sahabatnya. Tapi Najoong menahannya. Tangan laki-laki itu melarang Hami untuk mendekat. Membuat Hami mengerutkan alisnya, bingung.

Najoong masih menatap Naya yang menangis. Menatap dalam diam. Perasaan Hami mulai tidak enak. Melihat gerak-gerik Najoong, sepertinya laki-laki itu akan kembali melakukan hal yang cukup nekat. Sikap yang sama seperti Naya.

“Park Na Ya,” kata Najoong, “kau… bukan kekasih Jinki.”

Oppa!” seru Hami, maju selangkah untuk berusaha menutup telinga Naya agar tidak mendengar apapun yang akan keluar dari bibir Najoong. Tapi lagi-lagi, Najoong menahannya agar tetap di belakangnya.

Naya membenarkan posisinya, mendudukkan diri. Ia menatap Najoong dengan mata yang mulai membengkak dan hidung merah seperti badut.

“Jinki bukan kekasihmu,” kata Najoong lagi.

Naya melepaskan pandangannya dari Najoong. Beralih pada jendela kamar di sisi kanannya. “Ara,” sahutnya.

Najoong dan Hami melebarkan mata. Tidak percaya atas apa yang baru saja dikatakan Naya. Jadi, Naya sudah terbangun dari mimpinya?

“Naya, kau sudah—“

“Malam itu, Jinki memang sudah mengakhiri semuanya. Ia bilang aku akan lebih baik tanpanya. Ia bilang… aku aku akan baik-baik saja. Aku…” Naya menelan ludahnya susah payah, merasakan gumpalan di tenggorokannya. Ia menoleh ke arah Najoong dan Hami yang masih tidak bergeming di tempatnya. “Aku tahu kami sudah putus. Tapi… aku juga tahu Jinki tidak benar-benar menginginkannya. Makanya, kumohon—“ [ JiNaya Series No. 8 ]

Geumanhae, Park Na Ya!” seru Najoong. Sesaat, membuat Naya terlonjak, pun dengan Hami di belakangnya.

“Hentikan segala omong kosong ini!” seru Najoong lagi.

“Semua itu hanya mimpi! Segala omong kosongmu mengenai Jinki, Jinki, dan Jinki hanyalah mimpi! Hanya sesuatu yang terjadi di alam bawah sadarmu! Itu tidak nyata! Kau hanya berilusi! Kau… terus menanyakan Jinki tanpa pernah sekalipun kudengar kau bertanya mengapa kau ada di sini. Dengan keadaan seperti ini.” seru Najoong panjang lebar. “Park Na Ya, tidakkah kau ingat bahwa kau—“

Geumanhae!!!” seru Hami di belakang Najoong. Berhasil membuat ocehan laki-laki itu yang—baginya sudah di luar kontrol. “Oppa! Neo michyeoseo?!!” kata Hami pelan, tapi penuh penekanan. Setelah melemparkan tatapan maut pada Najoong, ia mendekati Naya yang memasang wajah bingung.

“Naya, gwaenchana…,” Hami menepuk pelan lengan Naya. Memberi isyarat pada gadis itu untuk kembali berbaring, “beristirahatlah. Kau pasti lelah, kan?”

“Hami-ya—“

“Jinki masih sangat sibuk. Tenanglah, jika sudah ada waktu, Jinki-mu itu pasti datang. Percayalah,”

Naya mengangguk paham. Menurut ketika Hami menyelimutinya hingga sebatas dada.

Najoong, masih dengan napas tersengal menahan emosi, berdiri di tempatnya. Yang langsung Hami seret ke luar kamar rawat Naya.

***

Oppa, jangan seperti itu lagi,”

Mwoya?!

“Kau membuatku takut, ah, maksudku, aku takut sesuatu hal terjadi pada Naya. Bukankah Oppa sendiri yang bilang kalau dokter menyuruh kita agar tidak memaksanya? Jadi biarkan saja, Oppa…,”

Najoong mengerang frustasi. Dipukulnya dinding terdekat dengan kepalannya. “Sampai kapan aku harus membiarkan Naya persis orang gila seperti itu?!”

Hami tidak menjawab. Ia menghela napas. Mengerti bahwa situasi macam ini memang tidak mudah.

Najoong mengusap wajahnya kasar. Kemudian, tiba-tiba saja Hami sudah menyodorkan sesuatu di hadapannya. Sebuah kartu nama. Najoong menerimanya setelah menerima anggukan singkat. Membaca namanya sekilas, kemudian kembali menatap Hami ketika benar-benar tidak mengerti apa maksudnya.

“Dia adalah pacar temannya pacar teman kakakku—Wonho oppa. Dia bekerja di sebuah agensi di Seoul dan dia mengenal manager SHINee,” jelas Hami. Menjawab kebingungan yang terrgambar jelas di wajah Najoong.

Tapi setelah mendengar penjelasan itu, kebingungan Najoong makin jelas bertambah. “Lalu kau mau aku melakukan apa?” tanyanya, meski sebenarnya ia sudah bisa menebak satu kemungkinan terbesar—yang mati-matian ia kubur. Ia tidak mungkin akan—

“Temui manager SHINee untuk meminta agar Onew diperbolehkan menjenguk Naya.”

Shit! Dugaannya benar!

Meski sudah mampu menebak kemungkinan itu, tetap saja Najoong merasa terkejut ketika Hami menyuarakannya. “Sirheo!” tolak Najoong langsung.

Oppa! Kau mau melihat Naya terus menerus seperti ini, huh?”

“Lalu apa setelah Onew-Onew itu kesini Naya akan langsung sembuh dari mimpi-mimpi bodoh itu?”

Hami diam, tidak langsung menjawab. Benar juga. Tapi…

“Setidaknya ia akan mau mulai terapi dan minum obat! Lalu dia akan sehat kembali, meneruskan hidup, dan… melupakan Jinki.” Yang terakhir itu, Hami mengucapkannya dengan suara kecil. Hami tidak yakin. Ia tidak yakin apakah seorang Park Na Ya bisa melupakan Jinki?

Skakmatt. Najoong diam. Hami tahu benar apa yang harus ia katakan agar laki-laki itu berpikir ulang atas keputusannya. Satu lagi kelebihan yang dimiliki gadis itu yang membuatnya mulai memperhatikannya—bukan hanya sebagai teman dari adiknya, tapi—

Oppa,  jaebal… apa kau tega melihat Naya terus seperti itu?” ujar Hami pelan. Tangannya menggenggam tangan Najoong. Menatap laki-laki itu dengan pandangan memohon.

Seperti tersihir, lima detik setelahnya, Park Na Joong menganggukkan kepalanya seperti boneka. Tapi tidak apa, karena setelahnya ia bisa melihat senyuman gadis itu.

***

Kim Hyun Li menghentikan langkahnya. Suara hentakan kecil yang ditimbulkan dari gesekan flat shoes-nya dengan lantai rumah sakit, berhenti seketika. Ia diam di tempat. Bungkam dengan pandangan ke depan.

Beberapa meter di depannya, ia melihat Najoong dan Hami. Dengan tangan Najoong yang berada dalam genggaman tangan kecil Hami. Mereka saling berpandangan, kemudian laki-laki itu mengangguk. Mengundang senyuman cerah Hami.

Demi Tuhan, apa Shin Ha Mi benar-benar tidak menyadari perasaan Najoong padanya? Hyunli bertanya dalam hati. Menelan sendiri jawaban yang sama sekali tidak ingin diketahuinya itu.

Beberapa menit setelahnya, Hami menangkap Hyunli dalam pandangannya. Senyum gadis itu semakin lebar dengan tangan yang melambai.

Hyunli, ikut tersenyum. Lalu setelah menarik napas, ia berjalan menghampiri keduanya.

Eonni! Najoong oppa bersedia melakukannya!” cerita Hami antusias.

Hyunli mengerti apa yang sedang Hami bicarakan. Gadis itu sudah memberitahunya semalam melalui telepon. “Eo? Jinjja?” tanya Hyunli memastikan. Ia memandang Najoong yang hanya mengangguk sekali. “Bagus kalau begitu. Kau memang harus melakukannya, Oppa. Sebagai tanda permintaan maafmu pada Naya karena telahh menghalangi hubungan mereka, mengakibatkan mereka putus dan Naya menjadi seperti—“

Ya! Kim Hyun Li!” seru Najoong, memotong ocehan Hyunli yang—baginya mulai tidak jelas. “Apa sekarang kau tertular Naya? Berilusi hidup di dalam mimpi itu? Ck!”

Hyunli mencibir, sementara itu Hami tertawa.

Bagi Hami, melihat Najoong dan Hyunli bertengkar seperti ini adalah hiburan yang tidak boleh dilewatkan. Ini sangat menghibur. Terkadang, ia berpikir… mengapa Najoong dan Hyunli tidak berkencan saja? Sepertinya mereka akan cocok.

Tawa Hami semakin keras, membayangkan bagaimana kalau di kencan nanti, mereka—Najoong dan Hyunli, bukannya melakukan hal yang romantis justru beradu mulut tidak jelas.

Ya! Shin Ha Mi! Sekarang kau yang gila, eh?”

***

Park Na Joong menggerak-gerakkan kaki-bagian-paha-sampai-ke-bawah-nya ke atas dan ke bawah berkali-kali. Hal yang biasa ia lakukan ketika menunggu. Ia sudah menunggu hampir dua jam, dan itu membuatnya mati-matian menahan bosan sekaligus marah. Diseumur hidupnya, hanya ada dua orang yang bisa membuatnya menunggu seperti ini; Naya, dan Ny. Ahn—ibunya. Dan sekarang, menyadari ada orang lain yang membuatnya menunggu seperti ini, ia merasa marah. Ia bersumpah, jika dalam lima belas menit lagi orang yang ditunggu tidak kunjung menampakkan batang hidungnya, ia akan pergi.

Tepat ketika Najoong mengucap sumpah itu dalam hati, seseorang membuka pintu ruang tunggu ini. Seorang laki-laki yang Najoong tebak beberapa tahun lebih tua darinya. Dengan rambut hitam, dan mantel hitam serta syal cream melingkari lehernya. Najoong kira ia akan berhadapan dengan seorang Ahjusshi berkacamata dan rambut lepek. Tapi ternyata ia salah.

“Maaf membuat Anda menunggu. Apa yang bisa saya bantu? Ah, kalau bisa, jangan terlalu lama karena saya ada urusan lain setelah ini, dan… tidak apa-apa ‘kan kalau kita hanya mengobrol di ruang tunggu seperti ini? Tidak usah di ruang pertemuan.”

Najoong yang sudah berdiri dari duduknya, baru saja ingin mengucap salam ketika laki-laki itu justru mengoceh ini-itu—tanpa salam.

Nde, gwaenchanayo,” jawab Najoong.

“Jadi?” laki-laki itu kembali bersuara. Nadanya terdengar tidak sabaran. Ia bahkan tidak duduk dan tidak repot-repot kembali mempersilakan Najoong untuk duduk sehingga merela berdua kini berdiri berhadapan.

“Nama saya Park Na Joong. Saya menemui Anda untuk meminta agar Anda mengijinkan Onew-ssi untuk menjenguk adik saya di rumah sakit. Namanya Park Na Ya. Dia—“

“Tidak bisa,” jawab laki-laki itu, manager SHINee. Ia berdehem, agak tidak enak juga memotong penjelasan Najoong, “Maaf, tapi tidak bisa.”

Najoong, yang sebenarnya sengaja untuk menjelaskan keadaan Naya tanpa jeda—agar manager SHINee itu mau mendengarkan, menelan ludah. Kesabarannya sudah benar-benar hampir habis.

“Hanya menjenguk. Tidak lebih. Adik saya benar-benar membutuhkan Onew-ssi. Dia—“

“Anda adalah orang yang ke seribu satu yang menghabiskan waktu saya untuk meminta hal semacam ini. Adik Anda sakit apa? Kanker? Leukimia? Apa, hm? Penyakit parah lainnya yang membuatnya tidak bisa hidup lama?”

Kedua tangan di sisi tubuhnya sudah mengepal keras. Ia tidak tahu kalau tanggapannya akan sebegini tidak sopannya.

“Kalau saja Anda tidak membuat janji melalui teman baik saya, saya pasti tidak akan menemui Anda,” kata manager lagi, “dan mengenai permintaan Anda, mohon maaf, sekalipun mungkin Anda berhubungan baik dengan teman saya, saya tidak bisa mengabulkannya. Itu akan sangat membahayakan artis saya. Bisa menimbulkan skandal dan gosip tidak enak lainnya. Anda tahu sendiri artis-artis SM sedang banyak terlibat skandal. Dan saya tidak ingin Onew jadi salah satunya.”

Setelah mengatakan itu, manager SHINee berbalik, pergi dari ruangan. Meninggalkan Najoong yang kesadarannya belum sepenuhnya pulih.

Manager Kim, tunggu! Manager!

Tapi manager tidak peduli. Ia tetap melanjutkan langkahnya. Meninggalkan Najoong.

***

Najoong membasuh wajahnya berkali-kali. Tidak memedulikan rasa dingin yang menusuk yang diakibatkan air itu. Menurutnya, ini adalah satu-satunya cara termudah meredam emosinya.

Bagaimana bisa setelah dua jam menunggu ia justru ditolak? Bagaimana bisa laki-laki itu hanya memikirkan pihaknya saja tanpa memikirkan adiknya? Ia bahkan belum menceritakan bagaimana kondisi Naya—ah, tapi Najoong ragu, sekalipun ia menjelaskannya, mungkin saja manager itu tidak akan peduli.

Masih dalam keadaan membungkuk, manik mata Najoong menangkap buku di depannya. Yang ia selipkan di celah dinding dan kran air. Buku berisi cerita-cerita Hami yang akan ia berikan pada Onew. Mendadak, ia merasa buku itu sudah tidak ada gunanya lagi. Onew tidak akan menemui adiknya. Jadi ia harus segera membangunkan Naya dari mimpi bodoh itu dengan cara lain.

Tanpa mengeringkan wajahnya lebih dulu, Najoong mengambil asal buku Hami, beranjak keluar dari kamar mandi. Tapi langkahnya terhenti karena ada orang lain yang masuk dari luar, dalam waktu yang bersamaan. Membuat mereka berpapasan dan hampir menabrak satu sama lain.

“Ah, jeosonghamnida,” laki-laki di hadapan Najoong menggumamkan maaf, sementara itu Najoong terlalu malas untuk beramah tamah sehingga ia hanya mengangguk singkat.

Najoong melanjutkan langkahnya. Namun baru dua langkah, ia berhenti. Wajahnya berubah menjadi menyiratkan keterkejutan. Ia menoleh, menatap pintu kamar mandi, kemudian kembali menoleh ke depan.

“Yang tadi itu… bukankah itu…” Najoong menggumam, kemudian tiba-tiba kembali berlari memasuki kamar mandi.

Tidak ada siapa-siapa di sana. Dan Najoong melihat salah satu bilik toilet tertutup. Berarti laki-laki tadi ada di dalam sana. Ah, benar juga, dia adalah seorang idol. Untuk buang air kecil saja, ia harus berhati-hati dan melakukannya di dalam bilik toilet.

Pintu bilik toilet terbuka, laki-laki itu keluar. Menuju wastafel dan mencuci tangannya.

Najoong, mulai mendekatinya. “Onew-ssi,” panggilnya.

Onew—laki-laki itu, yang baru saja mengeringkan tangannya dengan dryer machine yang ditempel di sebelah kanan dinding, menoleh. Menatap Najoong dengan pandangan bertanya.

Nde?

“Kenalkan, saya Park Na Joong,” Najoong menundukkan kepalanya sebagai salam, yang langsung dibalas oleh Onew. “Saya…” Najoong tidak tahu harus berkata apa. Dan ia terlalu malas untuk berbasa-basi, sehingga ia mulai menurunkan tubuhnya. Sampai kedua lututnya bertumpu di lantai. Najoong berlutut.

Onew, yang melihatnya, sedikit terlonjak dan mundur selangkah, “N—Najoong-ssi, tunggu, tunggu… ada apa ini? Mengapa Anda berlutut seperti ini? Astaga, jangan seperti ini. Tolong berdiri,”

Najoong mendongak, setelah sebelumnya menertawai dirinya sendiri di dalam hati. Lucu. Di cerita yang dibuat Hami, Onewlah yang berlutut padanya [ JiNaya Series No. 8 ]. Tapi di sini… ah, tidak apa. Demi Naya.

“Saya mohon, datanglah ke rumah sakit. Jenguk adik saya. Dia… sangat membutuhkan Anda, Onew-ssi. Saya mohon.”

“Najong-ssi, tapi—“

“Saya sudah memintanya ke manager Anda, tapi dia menolak.”

“Kalau begitu, tidak ada yang bisa saya lakukan,” kata Onew pelan, “maafkan saya, Najoong-ssi. Semoga adik Anda lekas sembuh.”

“Tidak, tidak! Saya mohon, Onew-ssi,” Najoong bangkit ketika melihat Onew mulai melangkah pergi. “Park Na Ya, dia… dia mengalami sesuatu yang disebut ilusi. Dia baru sadar setelah koma selama sembilan bulan, dia…”

Onew menghentikan langkahnya. Kembali menoleh ke arah Najoong yang benar-benar terlihat frustasi.

“Dalam komanya, dia menjalani kehidupan di alam bawah sadarnya. Dia… menjadi kekasih seorang Lee Jin Ki—ya, itu Anda. Dan ketika membuka mata, orang pertama yang ia cari adalah Jinki. Dia… Demi Tuhan, Onew-ssi, dia tidak mau menjalani terapi apapun selama Jinki tidak menemuinya. Ia bahkan sulit untuk makan dan meminum obatnya. Kesehatannya memburuk dan itu membuat saya takut. Dia adik saya satu-satunya dan saya…” Najoong tidak bisa melanjutkan kalimatnya. Mendadak tenggorokannya tercekat. Selain dampak dari mencurahkan segala emosinya, ia juga sedang mentertawakan dirinya sendiri. Memohon pada orang lain. Menjatuhkan harga dirinya.

Onew masih bergeming di tempatnya. Dan Najoong menggunakan kesempatan itu untuk menyerahkan buku cerita Hami. “Ini adalah cerita dari mimpi-mimpi adik saya. Anda bisa membacanya. Dan melihat bagaimana adik saya begitu membutuhkan Anda untuk berada di sisinya.”

Onew menerima buku itu. Memerhatikannya dalam diam.

“Dan ini… kartu nama saya. Anda bisa menghubungi saya jika Anda mau datang. Saya sungguh berharap Anda bersedia. Di sela kesibukan Anda.”

Onew menghela napas, kembali menerima kartu nama Najoong. Menyimpannya di salah satu sakunya. Kemudian menatap Najoong. “Saya akan memikirkannya,” katanya singkat. Ia menundukkan kepala sebagai salam, lalu pergi.

***tobecontinue***

Dear you-you semua…

Sebelum pada nanya, aku jawab dulu, ya!

Hahaha aku ganti judul! Ternyata kemarin itu Halusinasi kurang tepat, dan semoga Ilusi ini tepat. Karena sesungguhnya akupun kurang paham begitu-begituan /? pmfft

Thankies buat Kissaem, atas masukannya! 😀

O-oh… satu lagi, sedikit banyak yg komentar tuh pada kepo sama Najoong ya haha. Kuberitahu, ya… Najoong itu Oppa-ku. Oppa yang paling cerewet sekaligus paling aku sayang. Kalau kalian tanya apa bener dia hidup?

Ya, dia hidup.

Di dalam hatiku 🙂

Yang masih kepo sama Najoong, ini aku kasih visualisasi/? nya dia.Tp di otak aku tetep ada satu sosok sih yg selalu aku bayangin tiap mikirin Najoong.

Najoong2Nama aslinya sih Park Sang Il wkwkwk

Dia kelahiran 90, tapi anggap aja kelahiran 88 atau 87 *ditabok xD

Aku kasih visualisasi Naya juga ah :p

naya3Ini Kim Seuk Hye. Kelahiran 88, tapi anggap aja 93 atau 92 pmft

Nah kan bener, sesuai apa yang Jinki bilang di JiNaya Series No. 6. Pertama kali liat Naya pasti nyangkanya dia gadis manis dan penurut. Kamera emang suka nipu, apalagi camera360 .__.

Hahaha liat aja kelakuannya si Naya di FF -_- sabar sabar aja tuh Najoong punya adek kaya dia wkwkw

Kalau visualisasinya Hami sama Hyunli… aku tanya orangnya dulu xD

Kalo masih ada yg kepo sama Najoong, bisa kok nanya2 sama aku :p

Ditunggu ya, feedbacknya! Terimakasih loh udah nyempetin diri baca FF-ku ini. Lebih terimakasih lg kalau bersedia ninggalin jejak.

Bye! 🙂

27 thoughts on “[Fan-Fiction] Illusion – Chapter 2

  1. YA SALAM !!!!! ngakak ya allah .. ini koplak .. buahaha . No comment deh .. naya resmi gila . Seriusan XDDDD

    jujur yee dan udah bilang jg rada aneh di chap 1 . Tapi part ini .. tanda” kehidupan/? diantara jinaya mulai menguap/? membuncah/? lol … jadi ke kepoan ku sm ff ini menjadi mengembang biak haha .. oh ayolahh .. ga sabar chap selanjutnyaaa uwwooo uwoooaaa lalalaadalalaa yeyeyeye dalalaa ..
    Finally salah satu de shinee nongol jg di ff ini . Peran utama nya weei haha .. ayoo munculkan yg lainnya .. ga sabar ‘-‘)/~~~

  2. “pacar temannya pacar teman kakakku” Ige mwoyaa??
    aku berusaha menjabarkannya *plakk.

    wahh, cinta segitiga xD
    Najoong Oppa ganteng bingitss. bikin gregetan.
    ngebayangin orang secakep itu berlutut di depan Onyu? Ocidakk O.O
    haha, 😀
    Part 3 ditunggu ya eonni.
    aku penasaran sama Hyunli>Najoong>Hami masaaa xD

    Gomawo 🙂

  3. Hahahaha kekepoanku akan sosok najoong akhirnya terjawab sudah! Sek… Aku mau search ttg park sang il duluuu.. Wkwkwk xD

    Ini critanya lebih condong ke najoong ya? Nyesek bingut keleuss pas bagian najoong sampe nyembah gitu ke onew. Ehh sujud ding.. Wkwkwk xD

    Dan saya rasaaa,, naya gilanya ga di ff ini ajja deh. Emang pada dasar dan nyatanya kamu emang gila, kan? Muehehehehe #digeplak

    Sekk.. Aku binund. Jadi najoong itu suka hami? Gak jadi suka sama yoona? Waks~ kirain si najoong ke SM kali ajja papasan sama Yoona pas mau nemuin manager shinee. *ngayal

    Kalo mau komen lanjutan, lanjutin dlu nah ff ni.. Ppali.. Ppali~ *ala dayoung*

  4. Oh oh,, pertanyaan aq terjawab sudah ttg judul yg berbeda. Kk

    Uwoooo lalala yeyeye *ikutan alay macam lida eonni* ups
    Ini disini ga da konfliknya, hehehe. Jinaya-nya belum ada. Kepokepokepo deh..
    Ah ya,, visualisasi-nya, beda jauh ama aq. Kkkk
    Aq bayangin najoong-nya CNU B1A4 masaaa??? Hahaha,, maap deh yaaa, ga tau banyak soal ulzzang2 getohhh..

    Huwaaaaa,, aq nungguin jinaya moment pokonya.. Onew -eh jinmi mesti mau nengokin naya. Okke??*maksa*
    Lanjutkan eonni!!!

  5. tlat bgt ni comntx akk…
    kshn ya naya, pzt sush bgt gimna bwt dy sdar dgn knxtaanx.
    tpi ap mngkin bsa jd nyta smua ilusix dy.
    jinki mw donk dtng tmui naya.
    kshn lyt najoong oppa ampe brlutut gt…
    gomawo msh ingt akk untk bwt tag’n ff nya..

  6. Ehehehe aduhhh gmna yaaa koment nyaa

    Abis saya ikutan galau sih baca ni ff, najoong oppa berkorban banget demi adek nyaa …
    Ampe berlutut segala pula..

    Dan entu manager galak amat sihhh pengen noyor dehhh

    Tunggu tunggu kayagnya ada hubungan nih antara najoong.hyunli sama hami..soalnya aw baca tadi agak ga ngeh juga…

    Keep fightinga ya chingu buat lanjutin next part nya 🙂

  7. Yee si onew nya jutek kowek :3
    Blum knal sma Najoong mka blum sayang *apaan
    Ahehe aku tiap bca jinaya series bayangin Naya itu muka eonn loh ,tp stelah ada fto kim seuk hye itu aku gk yakin d chap slanjutnya aku bkal bayangin eonn sbg naya lg 😛 *nyiahahaha xD

  8. oohhh ternyata ganti judul ff nya.
    duh semoga jinki mau nemuin naya biar naya bisa sembuh total dan najoong tdk khawatir lg.

  9. Mav telat komennya ..
    Meneger nya nyebelin ih .. Galak bener . Tp onew harus ktmu naya dong kan ksian najoong oppa udh b’lutut gtt ..

    Najoong nya kereeen ..
    Next chap jgn lama yaa .

  10. Hai kanaaaay~
    Maapin yak baru baca, abisan kemarinan *ceritanya* mau fokus uas. Hhaha

    Gimana, ya? Aku gak biasa ngomentarin cerita begini, begitu. Tokoh A ini, tokoh B itu. Trus klo mau ngomen yg lain takutnya disangka sotoy lg u.u

    Tp gapapa ya sotoy jg? Mei kan spesial pake telor B) *apa ini?!*

    Sebenernya mei suka cerita dgn bahasa yg ringan dan sederhana tp kaya. Nggak mesti melulu ngegambarin perasaan si tokoh dgn kata-kata yg aduh-otakku-gak-sanggup-prosesnya, tp dengan deskripsi hal-hal kecil yg sebenernya umum dan sering kelewat dengan cara yg manis. Misal, setting tempat, cuaca, korden yg ketiup angin, rambut yg mencuat dr jalinan, kemeja yg kusut di bagian lengan, yg gitu-gitu. Jadi tulisannya nggak berkesan kek kereta api(?) karena terus nyeritain gimana si tokoh beraksi.

    Tp kan itu menurut mei, yg lain mah pasti beda lagi. Lol *trus intinya apa?!*

    Oya, trus kan ada tuh beberapa scene yg ngutip dr cerita sebelumnya, mungkin baiknya dikasih catatan kaki aja, karena kalo mei pribadi, dr pd ngecek langsung, lebih nyaman kelarin dulu baca cerita ini sampe selese, karena kalo ngecek ke hyperlink cerita sebelumnya, trus balik lg ke sini jd nggak fokus deh.

    Lagi, kata ‘diseumur hidupku’ mei bacanya ‘disemur’ lol XD *terus apa???*. Menurut mei itu nulisnya dipisah, kanay. Soalnya nggak bermakna pasif, kan? 🙂

    Apa lg ya? Hmm… Mei ngefans sama Najoong atuh lah :3 buka pendaftaran adik ipar, gak? Hhihihi

    Maaf ya, Kanay~ udah macem drabble aja komentarku ini.. *bowing*

    SEMANGAAAAAAAAT!!!!!!!!!

    1. Wah komenmu semacam drabble /terharu/ hahaha

      Ah, itu… iya sih terkadang aku suka terlalu larut mendeskripsikan gimana perasaan si tokoh sehingga lupa kalo akutuh lg bercerita, bukan ber… ber-apaya? Hahaha

      Oke, Mei, saranmu aku tampung dan–insyaallah aku realisasikan /?/ ke dalam tulisan aku.

      Oh, masalah kata di- dipisah atau nggaknya, karena setahu aku, yg dipisah itu kalau menunjukkan keterangan tempat. Begitu. Kalau menurut kamu gimana Mei?

      Thanks ya utk masukannya yg membangun ^^

  11. pacar temannya pacar
    teman kakakku—Wonho oppa
    1. oppa punya teman
    2. teman oppa punya pacar
    3. pacar teman oppa punya teman
    4. temannya pacar teman oppa punya pacar
    nah….
    orang k 4 inilah yg temannya manager syahini…..
    betul bukan….

    *** mikir sambil ngantuk2…

Leave a comment